ANALISA PARAMECIUM VILLA DENGAN TEORI ARSITEKTUR ORGANIK

ANALISA PARAMECIUM URBAN VILLA
DENGAN TEORI ARSITEKTUR ORGANIK

Nama Teori ORGANIC ARCHITECTURE
Proyek PARAMECIUM URBAN VILLA (Tugas Besar Studio Desain Arsitektur 2)


A.    Landasan Teori

 Page copy protected against web site content infringement by Copyscape

Fleming, Honour & Pevsner (1999) dalam Penguin Dictionary of Architecture mendeskripsikan bahwa ada dua pengertian mengenai Organic Architecture: (1) istilah untuk bangunan yang didesain berdasarkan analogi biologi atau natural seperti Casa Milla karya Antoni Gaudi, (2) istilah untuk arsitektur yang secara visual dan lingkungan saling harmonis, terintegrasi dengan tapak, dan merefleksikan kepedualian arsitek terhadap proses dan bentuk alam sekitar seperti Falling Water karya Frank Lloyd Wright.
Pelopor-pelopor arsitektur organik seperti Frank L.W., Antoni Gaudi, dan Rudolf Steiner menggambarkan inspirasi bentuk organik yang bebas, ekspresif, bukan imitasi terhadap alam tapi lebih dimaksudkan untuk mendukung manusia sebagai makhluk yang hidup dan kreatif.
Di dalam Organic Architecture sendiri terdapat beberapa tipologi yang dibagi berdasarkan waktu dan cara pandang atau pengertiannya, misalnya Art Nouveau (termasuk didalamnya arsitektur organik biomorfik yang mengambil bentuk dari alam, tidak ada garis lurus), organik dalam arsitektur modern (permainan massing yang asimetris, menghindari bentuk geometris) dan organik dalam arsitektur post-modern (organitech yang menggunakan pengertian di masa sebelumnya seperti biomorfik, aerodinamis, bioma, asimetris yang dibangun dengan material dan teknologi modern yang lalu berkembang sebagai arsitektur organik kontemporer). Bahkan di Jepang berkembang sebuah teori dari arsitektur organik yang dikenal dengan Metabolism Architecture. 



B.    Deskripsi Projek Studi
Proyek studi yang dipilih merupakan proyek dari Tugas Besar Semester II Jurusan Teknik Arsitektur tahun 2013 yaitu sebuah desain urban villa berjudul PARAMECIUM URBAN VILLA.

Latar belakang urban villa ini adalah untuk menciptakan sebuah hunian sementara untuk berlibur dan refreshing (bukan huntara) yang bernuansa rekreatif lebih kental dari rumah biasa dengan derajat arsitektural yang tinggi, untuk berkumpul dan saling berinteraksi, serta tidak terlalu jauh sehingga terletak di kawasan  perkotaan. Pengguna villa ini merupakan sebuah keluarga kecil terdiri atas: ayah (35) seorang pengusaha, ibu seorang penulis (34), dan seorang anak perempuan (10). Karena kesibukan masing-masing serta tekanan pekerjaan, keluarga tersebut membutuhkan sebuah tempat rekreatif sebagai hunian sementara yang diperkuat dengan tujuan-tujuan tertentu yaitu interaksi. Selain itu, keluarga kolektor ini membutuhkan tempat untuk koleksi-koleksi (piring dari berbagai Negara, figure-figure, boneka-boneka, serta buku).


Keluarga yang memiliki hobi travelling ini mempunyai cara pandang sendiri terhadap sebuah bentuk, sehingga desain yang dihasilkan tidak boleh mainstream. Menggunakan pendekatan menurut teori arsitektur organik, bentuk dasar dari bangunan ini dikembangkan dari bentuk dasar lingkaran yang memiliki kesan ‘mengumpulkan’, ditarik ke beberapa sisi tanpa munculnya garis lurus sehingga membentuk bentukan seperti Paramecium tanpa poda yang ditarik secara vertikal dari bawah ke atas untuk menciptakan ruang. Beberapa bentukan paramecium disusun dan dijadikan satu massa dengan fokus di tengah yang diberi sebuah kolam renang. Tanaman perindang di tanam mengelilingi bagian luar massa bangunan sehingga seakan bangunan ini ada di dunia sendiri yang alami, natural, dan menyatu dengan alam, tidak terganggu dengan lingkungan di luarnya.
Dengan banyaknya pengertian dan penafsiran mengenai Organic Architecture, tentu saja berakibat bahwa teori ini dipahami sebagai sesuatu yang luas dalam suatu ikatan pengertian yang dapat ditarik kesimpulan bahwa ciri-ciri utama arsitektur organik: (1) bentuk dan materialnya selaras dengan alam atau lingkungan sekitarnya, (2) secara psikologis dapat mempengaruhi pikiran manusia terutama pengguna.

Bahan dan teknik yang digunakan adalah konstruksi beton bertulang dengan struktur dome. Rangka utama menggunakan baja profil H WF 100 yang dibuat melengkung untuk menciptakan ruangan dengan bentang tertentu (sesuai kebutuhan per ruang) serta baja yang sama dipasang dengan arah yang berbeda. Ujung-ujung profil baja yang masuk ke tanah bertumpu pada sebuah plat baja lapis dua yang disambung dengan mur baut lalu ditembuskan ke dalam pondasi. Pondasi yang digunakan adalah pondasi menerus untuk memperkuat dan menstabilkan bentuk lengkung pada bangunan.
Setelah seluruh rangka utama terpasang, baja esser dengan diameter 8-10” dipasang dengan pola tertentu untuk membentuk dome. Penutup bagian luar adalah cor beton yang telah dicampur dengan additive dan retarder selain untuk mempercepat proses pengeringan juga untuk memperkuat kualitas beton sebagai penutup dan bagian terluar bangunan.
Sebagian besar bangunan di Paramecium Villa ini berada pada ketinggian 0.9 meter dan 1 meter dari permukaan tanah kecuali garasi yang multifungsi juga dapat digunakan sebagai tempat mencuci mobil karena dilengkapi floordrain memanjang di samping kanan dan kiri. Terdapat sebuah gazebo di bagian belakang atau di area privat dengan sebuah kolam ikan koi di sebelah Timurnya. Adanya level ketinggian bangunan dari permukaan tanah untuk memperkuat ruangan-ruangan yang terbentuk. Jarak 0.9-1 meter tersebut dibentuk dari dek dengan permukaan parquet yang difinishing outdoor, sedangkan di bawahnya adalah pasangan batu kali direkatkan dengan semen yang diekspos dari samping. Memperlihatkan material yang alami baik dari bentuk dan warnanya.

Untuk menciptakan sebuah lingkungan sendiri yang alami dan privat, digunakan pohon-pohon seperti cemara yang ditanam mengitari batas-batas terluar bangunan sebelum pagar dinding dengan jarak antarpohon sebesar 1 m. Jarak ini menciptakan space di antara pohon-pohon yang bisa digunakan untuk meletakkan lampu-lampu taman. Pohon-pohon tersebut juga dapat menyamarkan adanya garis lurus kaku yang terbentuk dari bentukan dasar lahan, antara batas luas lahan horizontal dan batas pagar yang vertikal.
Peletakan pintu dan jendela pada bangunan ini disesuaikan untuk mengatur adanya ventilasi alami seperti cross ventilation. Selain mengatur aliran udara yang ada dalam ruangan, peletakan jendela dan pintu juga mempertimbangkan pengaturan seberapa banyak cahaya alami yang masuk ke dalam bangunan.

C.    Analisis Bangunan dengan Teori Arsitektur Organik
Berhubungan dengan latar belakang villa ini yaitu ‘menciptakan sebuah rumah hunian sementara yang rekreatif untuk memperkuat interaksi dan melepas stress dengan lokasi tetap di tengah kota’, saya ingin membuat alam buatan di dalam bangunan ini. Bentuk dasar pengembangan dari lingkaran yang memiliki peran kuat dalam interaksi ke dalam, membentuk sebuah bentuk dari alam, yaitu Paramecium. Beberapa bentukan masa ini kemudian disusun untuk menciptakan lingkungan yang terbuka dan bersifat introvert. Pengambilan bentuk dari alam ini menggunakan teori arsitektur organik, atau biasa disebut Biomorfik/Bionic Architecture. Pada bangunan dasarnya juga tidak ditemukan garis lurus sebagai tanda penolakan terhadap garis lurus dan simetris. Penyusunan masa bangunan juga superimposisi dan juxtaposisi karena di alam tidak ada keteraturan, banyak elemen saling menabrak, bertumpuk, overlapping untuk membentuk sebuah bentukan yang natural, indah, dan tidak mainstream.

Jika kita melihat bangunan-bangunan karya Frank L. Wright sebagai contoh-contoh dari bangunan arsitektur modern, sebagian besar bangunan tersebut didirikan di lingkungan yang masih asri, atau dapat dikatakan bahwa sekelilingnya adalah alam yang natural, antara pepohonan dan sungai, atau sebuah padang yang gersang, tapi jarang untuk lokasi yang padat seperti di perkotaan. Oleh karena itu, Paramecium Villa yang bersifat introvert ini dirancang untuk menciptakan sebuah lingkungan alami sendiri, hanya bisa dinikmati secara maksimal dari dalam, tapi tidak terpisah secara langsung dari bangunan dan lingkungan diluar batas lahan, salah satu cara yang digunakan adalah penyesuaian material dan teknik bangunan.
Arsitektur organik belum tentu arsitektur vernakular. Teori ini terus berkembang dari zaman ke zaman dan memiliki berbagai pandangan dan penafsiran di setiap zaman. Untuk teknologi dan bahan yang digunakan dalam Paramecium Villa ini menggunakan teknologi dan bahan modern. Sebagian besar didominasi oleh penggunaan beton sebagai pelapis terluar bangunan, sedangkan sebagai pembentuk strukturnya adalah baja profil dan baja esser untuk membuat bentukan bangunan dengan sistem dome. Penggunaan bahan dan teknik ini disesuaikan dengan lingkungan bangunan ini didirikan, yaitu di tengah kota yang notabene lebih modern dan harus menggunakan bahan-bahan yang lebih tahan terhadap gempa, benjir, dsb. Penyesuaian material dan teknik bangunan ini juga salah satu ciri dari arsitektur organik.
Levelling pada bangunan dengan ekspos pasangan batu alam, lantai kayu parquet, permainan air di beberapa tempat memperkuat kesan organik dari bangunan.

Salah satu ciri dari bangunan yang menggunakan teori arsitektur organik adalah tingginya tertentu dalam arti penyesuaian antara langit-langit bangunan dengan bagian bawah cabang pohon berdahan yang terbawah, sehingga saat user  keluar dan masuk bangunan, ia tidak mengalami tekanan atau perasaan akan adanya perbedaan yang mencolok. Paramecium Villa juga memanfaatkan hal itu sehingga ketinggian dari masa bangunannya sendiri antara 3-5 meter. Adanya pengaburan pengalaman ruang luar dan dalam. Ditambah lagi perletakan jendela, pintu, dan perlubangan yang memungkinkan cahaya alami masuk ke bangunan-bangunan utama dari berbagai arah. Salah satu bagian yang spesial adalah pada bar di dapur yang dibuat setengah indoor dan setengah outdoor. Bar melingkar ini terbagi oleh jendela kaca panoramic yang bisa dibuka, jadi penghuni dapat menggunakan bar kapan saja dan sesuai keinginan.

D.    Analisis Bangunan dengan Teori-teori lain
Teori-teori yang telah dipelajari pada mata kuliah Teori Arsitektur I:
  1. Structuralism & Post Structuralism
    Paramecium Villa sesuai dengan teori Structuralism dengan signifier ‘Paramecium’, signified konsep bangunan mengambil bentuk ‘paramecium’, dan refferentnya adalah sebuah desain dengan menyerupai beberapa paramecium yang disusun dengan pola yang bersifat introvert.
  2. Modulor
    Paramecium Villa tidak menggunakan ukuran yang ada pada modulor.
  3. Tipologi & Transformasi
    Tipologi Paramecium Villa dari fungsinya adalah hunian, bentuknya bionic architecture. Tranformasi bentuk lingkaran yang diekstensi pada beberapa bagian membentuk ‘paramecium’.
  4. Tektonik & Materialitas
    Bangunan pada Paramecium Villa tidak jujur secara konstruksi jika dilihat dari luar, tapi ada bagian-bagian tertentu yang diekspos, misalnya ruang service. Struktur sepenuhnya untuk membentuk masa bangunan dan bukan dirancang secara puitis. Sebagian besar adalah ekspos beton.
  5. Eksperimental & Pragmatis
    Paramecium Villa tidak memiliki site yang jelas di mana akan didirikan, eksperimen yang dilakukan sebatas mengenai calon penghuni dan kenyamanan (dari Data Arsitek). Bangunan ini belum didirikan dan belum dapat dilihat secara nyata sejauh mana dia berfungsi semestinya.
  6. Fuctionalism
    Paramecium Villa tidak menggunakan ornament yang berlebihan, bahkan masa bangunan difokuskan pada bentuknya, bukan fasad yang penuh dengan ornament. Ada beberapa elemen yang mengekspos material seperti kayu dan batu pada lantai dan dek, disesuaikan dengan fungsi ruamh tinggal sementara yang rekreatif serta konsepnya yang ingin memasukkan alam dalam desain.
  7. Organic Architecture
    Konsep dan desain bangunan ini menggunakan teori Arsitektur Organik. Dalam perkembangan teori yang dipahami secara luas, Paramecium villa mengambil hal-hal utama dari beberapa pendapat, yaitu bentuk dari alam, penolakan simetri, dan kesatuan material dengan lingkungan.
  8. Post Modernism
    Paramecium Villa didominasi oleh warna putih dari material dan hijau dari pohon serta rumput. Ada beberapa elemen seperti kayu untuk lantai, dan batu sebagai leveling. Teori post modern ada pada bangunan ini.
  9. Regionalism
    Sulit untuk menentukannya, karena tidak ada keterangan lebih lanjut mengenai site.
  10. Purism & Minimalism 1960
    Dengan paham bahwa ornament is a crime, fasad yang simple dari Paramecium Villa membuatnya dapat dikatakan menggunakan teori ini.
E.    Analisis/Jabaran masalah yang muncul saat menganalisis proyek dengan teori yang dipilih
Soal yang diberikan untuk tugas besar ini tidak memiliki lokasi (site) yang pasti. Diberikan informasi bahwa lahan yang bisa digunakan adalah 15 m x 30 m dengan sempadan 2,5 m dan terletak di tengah kota. Tantangan desainnya adalah untuk menciptakan sebuah urban villa yang tidak terganggu dengan luar, dapat menciptakan area sendiri di dalam dan bersifat introvert. Salah satu ciri arsitektur organik menurut Frank L. Wright adalah bangunan yang tidak mencolok. Dari contoh-contoh bangunan Frank L. Wright memang sangat menyatu dengan alam dan hal tersebut dilihat dari fasad bangunan yang memiliki harmoni yang sama dengan lingkungan di sekitanya dan tidak mencolok. Dalam proyek ini tidak diberikan site yang pasti, seperti apa lingkungan di sekitarnya merupakan imajinasi dari sebuah kota yang terkesan sibuk, kaku, dipenuhi oleh beton, dan buatan. Sebuah lahan berukuran 450 m2 dan digunakan untuk sebuah hunian tentu tidak langsung terletak di tepi jalan yang sibuk karena secara ekonomi tidak akan menguntungkan, oleh karena itu diperkirakan lahan ini akan berada daerah kota perbatasan. Keputusan penyelesaian yang diambil untuk keselarasan bangunan dengan lingkungan adalah dengan tetap mengekspos beton dari luar melalui pagar pembatas lahan dan lebih konsentrasi pada pemusatan bangunan di dalam site, cara untuk membuat kesan masa bangunan menyatu dengan suasanan buatan di dalam site itu sendiri.

F.    Pernyataan konsep dan transformasi desain

Seperti yang telah dijelaskan di atas, bahwa konsep Paramecium Villa adalah sebuah villa yang memasukkan unsur alami, hutan, makhluk hidup di dalamnya, bersifat introvert, rekreatif, serta memperkuat interaksi. Mengambil bentuk dasar lingkaran yang memusat untuk memperkuat interaksi pada satu titik, dilakukan ekspansi pada beberapa bagian sehingga membentuk ‘paramecium’. Beberapa masa yang berbentuk paramecium ini disusun dengan pola tertentu dan berpusat pada bagian tengah bangunan untuk memperkuat interaksi, ditambah adanya leveling. Vegetasi yang digunakan ada yang bersifat peneduh dan penghias. Terutama yang peneduh bahwa ketinggian ranting terbawahnya disesuaikan dengan langit-langit bangunan untuk membuat kesatuan yang lebih kuat antara masa bangunan dengan landscapenya, sehingga user tidak merasa tertekan atau shock saat keluar dan masuk bangunan.

DAFTAR  PUSTAKA 
  • Curtis, William J.R., 1982, Modern Architecture since 1960, Phaidon Press Limited, London
  • Ikhwanuddin, 2004, Postmodernisme di dalam Arsitektur: Kajian Konsep dan Metoda Perancangan Formal (thesis), Program Pasca Sarjana Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
  • http://adhisthana.tripod.com/artikel/tka1.txt, diakses tanggal 10-06-2013
  • http://thismeyy.blogspot.com/2011/01/arsitektur-organik.html, diakses tanggal 10-06-2013
  • http://en.wikipedia.org/wiki/Organic_architecture, diakses tanggal 10-06-2013
  • http://weburbanist.com/2008/11/21/organic-architecture-examples-form-over-function/, diakses tanggal 11-06-2013
-TUGAS TEORI ARSITEKTUR SEMESTER II-
Primavera D. @2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pages